Tugas Kasus Akuntansi Internasional: 2

Nama: Yogi Pariama
NPM: 21207196
Kelas: 4 EB 11
Kel: Rusia
Anggota : Alviyan.C, Charerik.M, Francis.G, Yogi.P

Transparansi dan Pengungkapan Internasional Laporan Keuangan Perusahaan

PENGERTIAN TRNASPARANSI
Bushman & Smith (2003, p. 76) mendefinisikan transparansi perusahaan sebagai ketersediaan relevansi yang tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya mengenai kinerja perusahaan dalam suatu periode yang terkait, posisi keuangan, kesempatan investasi, pemerintah, nilai dan risiko perusahaan dagang yang bersifat umum. Dalam tingakatan negara, Bushman, Piotroski, dan Smith (2004) mengidentifikasikan dua jenis transparansi perusahaan yaitu transparansi keuangan dan transparansi pemerintah. Transparansi keuangan tingkat negara disusun berdasarkan intensitas pelaporan perusahaan, waktu pelaporan, jumlah analisis, dan media penyebarannya.

PENGUNGKAPAN DALAM LAPORAN PERUSAHAAN
Sumber utama tekanan untuk meningkatkan pengungkapan laporan keuangan adalah dari komunitas keuangan dan investasi. Perusahaan Multinasional dan badan pengaturan standar Negara dengan pasar modal yang berkembang pesat, sepeti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, dan Jepang, telah memberi perhatian lebih terhadap dorongan dari pihak – pihak tersebut.

Dorongan untuk Pengungkapan Informasi
Perusahaan Multinasional sepanjang menyangkut aturan yang ternyata meningkatkan persyaratan untuk pengungkapan informasi diputuskan dengan pengaturan badan dan standar perwakilan pada tingkat pemerintahan dan professional.
Cepatnya permintaan informasi untuk tujuan penanaman modal, perkembangan pasar saham dan pembagian kepemilikan yang mendunia, dipadukan dengan berkembangnya kekhawatiran terhadap perbedaan standar dan perlakuan akuntansi dinegara berbeda, telah meningkatkan permintaan terhadap bertambahnya pengungkapan akuntansi untuk peningkatan kualitas maupun perbandingan laporan Perusahaan Multinasioal.

Mengkomunikasikan kepada Pengguna
Pertumbuhan saat ini mengindikasikan banyak pengguna informasi keuangan yang tidak bisa membaca atau mengerti isi laporan, terutama investor dari kalangan awam akuntansi. Pengguna langsung yang jumlahnya relatif kecil, yang memiliki kemampuan dan pengalaman untuk memahami laporan keuangan.
Banyak investor dan pemegang saham tidak membuat keputusan investasi sendiri tetapi bergantung pada saran dari para ahli. Sebuah perusahaan analisis komprehensif tidak hanya mengharuskan penggunaan informasi keuangan, tetapi data tambahan, serta untuk menilai tren saat ini dan masa depan. Pada pusat, Perusahaan Multinasional sangat kompleks, dan begitu pula dengan laporan perusahaannya.

Pentingnya Pengungkapan Informasi
Meskipun tidak ada keraguan tentang pentingnya pengukuran dari isu-isu akuntansi, pentingnya informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dan laporan perusahaan dengan semakin diakui oleh perusahaan multinasional. Informasi ini memberikan masukan penting bagi analisis keuangan proses evaluasi kualitas laba dan posisi keuangan, baik saat ini dan masa yang akan datang. Pada saat yang sama, kebutuhan ini harus ditimbang terhadap kepentingan analis, investor, dan masyarakat dalam transparansi usaha multinasional. Dengan adanya pengungkapan informasi, maka perusahaan dapat menyampaikan kebijaksanaan dan informasi mengenai orientasi perusahaan dimasa yang akan datang.
Diakui secara umum, bahwa biaya dalam penyediaan informasi tidak boleh melebihi keuntungan yang diperoleh oleh pengguna informasi. Perlunya perusahaan multinasional dalam memelihara kepercayaan diri usahanya dalam area sensitif dan untuk menghindari bahaya dalam persaingan, harus dicantumkan dalam akun-akun perusahaan. Dalam prakteknya, muncul anggapan bahwa semakin spesifik, semakin berorientasi ke depan dan semakin kuantitatif suatu informasi yang diusulkan untuk diungkapkan, maka semakin pekalah
Kinerja perusahaan ke arah pencegahan.

Insentif Manajerial Untuk Mengungkapkan Informasi.
Manajemen secara sukarela memberikan informasi dan respon terhadap peraturan. Penelitian oleh Meek dan Gray (1989) dan lain-lain telah menunjukkan, misalnya, bahwa pengungkapan sukarela yang akan datang adalah ketika perusahaan berkompetisi untuk pembiayaan dari investor, khususnya dalam konteks lintas batas. Dimana pemerintah dan Perusahaan yang berusaha mempengaruhi lingkungan di mana MNE beroperasi, ada juga yang akan berpengaruh kuat pada MNE untuk memberikan informasi.
Faktor-faktor kompleks yang mempengaruhi pengungkapan perusahaan, ditunjukkan dalam figure berikut ini:

Biaya Infomasi Produksi
Pengungkapan informasi memerlukan biaya keuangan langsung. Perusahaan multinasional mengerti dan enggan untuk mendatangkan peningkatan biaya kecuali mereka diminta untuk melakukannya atau potensi keuntungan melebihi perkiraan biaya. Biaya langsung adalah nilai sumber daya yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan informasi serta dalam mengaudit dan mengkomunikasikan. Biaya langsung seperti pengungkapan informasi akan bergantung pada struktur internal MNE dan informasi yang dihasilkan dalam rangka untuk mengelola struktur ini.

Kerugian Kompetitif dari Pengungkapan
Dalam beberapa keadaan pengungkapan informasi bisa merugikan Perusahaan Multinasional. karena informasi akan dapat diakses oleh siapa saja sehingga pesaing juga dapat mengetahui informasi tersebut. Informasi yang memungkinkan perusahaan pesaing untuk meningkatkan kekayaan mereka dengan menggunakan informasi ini.

Perilaku Manajerial untuk Pengungkapan Sukarela
Tambahan permintaan pengungkapan informasi datang dari organisasi internasional (khususnya PBB, OECD, Uni Eropa, dan IASB), pemerintah dan masyarakat dimana Perusahaan Multinasional beroperasi. Namun, pertumbuhan globalisasi dari pasar modal menunjukkan adanya tekanan pasar yang signifikan untuk tambahan informasi mengenai operasi Perusahaan Multinasional serta adanya prospek dan kekhawatiran mengenai koordinasi internasional dari peraturan pasar modal. Tekanan ini membuat manajemen harus menimbang biaya dan manfaat dari pengungkapan informasi secara sukarela.

Praktek Pengungkapan Perusahaan
Praktek pengungkapan secara sukarela oleh Perusahaan Multinasional, sebuah studi oleh Meek, Roberts, dan Gray (1995) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela pada 226 Perusahaan Multinasional dari Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara benua Eropa. Pengungkapan telah diteliti dan diklasifikasikan menjadi tiga jenis : strategi, nonfinansial, dan financial.
Melihat faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi secara sukarela, dukungan statistik ditemukan untuk ukuran perusahaan, status daftar perusahaan internasional, asal negara atau kawasan. MNE terbesar adalah perusahaan yang menentukan kecendrungan dalam memberikan keterbukaan informasi non financial dan financial.

PERATURAN PENGUNGKAPAN INTERNASIONAL
Pola pengungkapan manajemen ditentukan tidak hanya dengan keinginan sendiri dan kecendrungan budaya akan tetapi juga ditentukan dengan regulasi pengungkapan permintaan internasional. Pengungkapan informasi juga diharuskan di AS, dimana SEC mengharuskan adanya pembahasan dan analisis manajemen dalam laporan keuangan, dan hal tersebut harus disertakan dalam laporan tahunan.

TINJAUAN INFORMASI PERUSAHAAN

1.Pernyatan Ketua; pernyataan ini memberikan pedoman dasar dari seorang ketua atau Chief Executive dalam kepemimpinannya mengenai kinerja perusahaan secara keseluruhan dan prospek perusahaan
2.Kajian Strategi dan Hasil Perusahaan; Perusahaan multinasional memberikan komentar naratif dan data yang sesuai dengan kajian strategi perusahaan dan didalamnya juga termasuk pernyataan misi.
3.Komentar-komentar pada Peristiwa Eksternal dan Tidak Biasa; MNEs juga cenderung menunjukkan beberapa komentar-komentar pada pengaruh peristiwa eksternal seperti tingkat pertukaran, tingkat bunga, kebijakan pemerintah, kondisi pasar, dan kompetisi asing.
4. Informasi Akuisisi dan Pembubaran; Diskusi dan analisis akuisisi dan pembubaran tidak tersebar luas. Ketika tingkat pengungkapan relatif tinggi di Amerika Serikat dan Inggris, informasi akuisisi dan pembubaran jarang menyeluruh atau meliputi banyak hal.
5. Informasi Sumber Daya Manusia; Beberapa MNE menunjukkan informasi yang relevan untuk penilaian Sumber Daya Manusia. Lingkup yang diungkapkan termasuk informasi tentang manajemen dan struktur organisasi seperti tenaga kerja dan pegawai.
6. Informasi Bernilai Tambah; Informasi bernilai tambah sering terbukti cukup menarik dan bermanfaat. Pernyataan bernilai tambah menunjukkan istilah keuangan, kontribusi untuk semua pemegang saham, dan khususnya pegawai, untuk performen bisnis.
7. Informasi Pertanggungjawaban Sosial; Istilah pertanggungjawaban merujuk pada akuntabilitas masyarakat sebagai suatu kesatuan dengan memperhatikan kepentingan umum seperti kesejahteraan masyarakat, keamanan public, dan lingkungan.
8. Informasi Riset dan Pengembangan; Secara umum Riset dan Pengembangan merupakan hal utama dari keberhasilan sebuah perusahaan jangka panjang.
9. Informasi Program Investasi; Secara umum dapat diterima bahwa kualitas pengeluaran modal perusahaan berlawanan dengan akuisisi bisnis yang sedang berjalan daripada perusahaan lain, adalah hal yang utama dalam kesuksesan perusahaan jangka panjang.
10. Informasi Prospek Masa Depan; Para pengguna tertarik untuk menambah pengertian mereka tentang aktivitas MNE di masa sekarang dan di masa lalu, karena tertarik pada prospek masa depan dari MNE.

Pemeriksaan operasi

Bagian pelaporan sekarang dikenal dengan pendirian praktek penyingkapan informasi oleh MNEs, tetapi perhatian berfokus pada kuantitatif daripada kualitatif informasi. Dalam praktek, mayoritas MNEs memberikan tambahan ulasan cerita, dan terkadang data kuantitatif, pada segmen dasar dalam pemeriksaan operasi mereka.

Pemeriksaan keuangan
Pemeriksaan keuangan menceritakan untuk diskusi dan analisi pada keuangan akhir dan posisi perusahaan keseluruhan, topik diskusi mencakup likuiditas akhir dan sumber modal dan penilaian asset dan inflasi. Bidang pemeriksaan ini relevan untuk memperbaiki pengertian pada factor pengaruh pelaksanaan perusahaan. Bidang ini mencakup hal yaitu :

1.Analisis akhir U. S. MNEs sesuai dengan keperluan SEC. Juga memasukkan korelasi tren masa lalu dengan arus penjualan dan laba,
2.Menganalisis likuiditas dan sumber modal. Tingkat penyingkapan relative tinggi di Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.
3.Menganalisis nilai asset dan inflasi. Pihak dari Afrika Selatan, dalam keperluan arena nilai asset dan inflasi yang terbatas meskipun beberapa pengalaman inflasi akuntansi dalam nomor daerah.

Frekuensi dan garis waktu dari pelaporan
Di Amerika Serikat dan Kanada pelaporan dilakukan dua kali setahun. Di Eropa, EU mengurus pada pelaporan interm mewajibkan daftar perusahaan untuk memberikan laporan per enam bulan. IASB juga memiliki standar pada pelaporan keuangan internal. tetapi frekuensi ini pada pelaporan hanya pemisah untuk isi minimum pada laporan internal.


Sumber : WARTA EKONOMI LEARNING OF ECONOMI (TRANSPARANSI DAN PENGUNGKAPAN INTERNASIONAL LK PERUSAHAAN )


Read More..

Tugas Kasus Akuntansi Internasional: 1

Nama: Yogi Pariama
NPM: 21207196
Kelas: 4 EB 11
Kel: Rusia
Anggota : Alviyan.C, Charerik.M, Francis.G, Yogi.P

Dugaan Kasus Penggelapan Pajak PT Asian Agri Group (AAG): Cermin Rendahnya Perlindungan Saksi di Indonesia
PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di Grup Raja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah Forbes, pada tahun 2006 Tanoto adalah keluarga paling kaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 25,5 triliun). Selain PT AAG, terdapat perusahaan lain yang berada di bawah naungan Grup Raja Garuda Mas, di antaranya: Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL), Indorayon, PEC-Tech, Sateri International, dan Pacific Oil & Gas.
Secara khusus, PT AAG memiliki 200 ribu hektar lahan sawit, karet, kakao di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Asia, PT AAG merupakan salah satu penghasil minyak sawit mentah terbesar, yaitu memiliki 19 pabrik yang menghasilkan 1 juta ton minyak sawit mentah – selain tiga pabrik minyak goreng.
Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius Amin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu menjabat sebagai group financial controller di PT AAG – yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Vincent diburu bahkan diancam akan dibunuh. Vincent kabur ke Singapura sambil membawa sejumlah dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara Vincent dan wartawan Tempo.
Pelarian VAS berakhir setelah pada tanggal 11 Desember 2006 ia menyerahkan diri ke Polda Metro Jawa. Namun, sebelum itu, pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja datang ke KPK untuk membeberkan permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital.
Salah satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under Pricing of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua persiapan transfer pricing PT AAG secara terperinci. Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang permasalahan PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan.
Menindaklanjuti hal tersebut, Direktur Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus yang terdiri atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut melakukan serangkaian penyelidikan – termasuk penggeladahan terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan.
Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan diperiksa), ditemukan bahwa dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan transaksi. Akibat dari ini, negara diperkirakan mengalami kerugian pajak penghasilan sebesar Rp 786,3 miliar (Tempo, Edisi 13/21-27 Mei 2007).
Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah ditetapkan 8 orang tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN, EL, LBH, dan SL. Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur dan penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, pihak Depertemen Hukum dan HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka tersebut.

***
Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan investigatif Tempo – baik koran maupun majalah – dan pengungkapan dari Vincent. Dalam konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut tergolong perkara kakap, mustinya dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di-blaming.
Alih-alih memberikan perlindungan, aparat penegak hukum malah mencoba mempidanakan tindakan para whistle blower ini. Vincent didakwa dengan pasal-pasal tentang pencucian uang – karena memang dia, bersama rekannya, sempat mencoba mencairkan uang PT AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan dihukum 11 tahun penjara. Sementara itu, pesan pendek (SMS) Metta Dharmasaputra – wartawan Tempo – disadap aparat penegak hukum, print-out-nya beredar di kalangan pers. Pemberitaan investigatif Metta Dharmasaputra dan komunikasinya dengan Vincent sempat menjadi urusan Dewan Pers, bahkan nyaris diproses secara pidana.
Selain itu, pemberitaan Tempo juga di-blaming melalui riset di bidang komunikasi publik oleh dosen Fisipol UGM atas pesanan PT AAG – yang menyatakan bahwa pemberitaan-pemberitaan seputar kasus penggelapan pajak tersebut tidak mencari solusi yang komprehensif. Sedangkan P3-ISIP UI – yang melakukan riset serupa atas pesanan PT AAG – menyimpulkan bahwa pers (pemberitaan Tempo) cenderung melakukan bias dan keberpihakan yang secara etis patut direnungi. Bisa jadi hasil-hasil riset tersebut sebagai legitimasi untuk memperkarakan Tempo.
Apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut sebenarnya merupakan cermin buram bagi perlindungan saksi di Indonesia selama ini. Kejadian ini bukanlah yang pertama dialami para pengungkap fakta. Tetapi kejadian berulang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menutupi kejahatan yang sesungguhnya. Para pengungkap fakta semacam ini sering mengalami berbagai bentuk kekerasan – intimidasi dan teror, bahkan diperkarakan secara hukum – baik perdata maupun pidana. Lihat saja misalnya Kasus Udin, kasus Endin Wahyudi, Kasus Ny Maria Leonita, Kasus Romo Frans Amanue, dan banyak lagi.
Jangan sampai apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut menjadi alat untuk membungkam pengungkapan kasus yang sesungguhnya, dalam hal ini dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG.

  • 02 Mei 2011

Penggelapan
Menyedot Duit Kuda Laut

Pertemuan itu terjadi pada Oktober 2009 di sebuah pasar swalayan kawasan Jakarta Selatan. Richard Latief, sebagai pengundang, mempertemukan Santun Nainggolan dengan Itman Harry Basuki serta Ivan C.H. Litha. Richard menawarkan kerja sama kepada mereka bertiga. Tak butuh waktu lama, mereka bersalaman. "Mereka sepakat bekerja sama," kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Baharudin Djafar.
Ivan adalah komisaris sekaligus pemilik sebagian saham dua perusahaan investasi, yaitu PT Discovery Indonesia dan PT Harvestindo Asset Management. Richard terkenal sebagai makelar bisnis. Ivan sebelumnya pernah curhat kepada Richard. Dia mencari orang tajir agar duitnya bisa ia kelola lewat investasi. Dia juga butuh duit untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan investasinya, yang saat itu semakin lesu.
Richard lalu mengajak Santun, yang ia kenal lewat pergaulan di dunia bisnis. Santun menjabat Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk. Elnusa adalah anak perusahaan Pertamina yang berbisnis di jasa pengeboran minyak-gas dan konstruksi. Elnusa punya banyak duit. Ada sekitar Rp 161 miliar kas cadangan mereka yang tersimpan di Bank Mega. Karena sifatnya cadangan, duit ini sering tak digubris perusahaan. Richard mengajak Santun "memanfaatkan" duit itu.
Tapi ada satu masalah. Uang cadangan itu tak mungkin keluar tanpa tanda tangan bos Elnusa. Mereka lalu berkongsi dengan Itman, yang menjabat Kepala Cabang Bank Mega KCP Jababeka di Bekasi. Santun pun kemudian semakin yakin dengan rencana ini. "Dia mempersilakan mereka yang mengatur cara pencairan uang itu," kata Kepala Satuan Fiskal, Moneter, dan Devisa Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Aris Munandar.
Bagaimana caranya? Richard, yang disebut polisi sebagai otak komplotan ini, meminta Ivan merekrut orang baru. Mereka lalu mengajak Andi Gunawan, salah seorang direktur di PT Discovery. Kemudian ada TZS alias Zulham, anggota staf kolektor di PT Harvest. Zulham punya keahlian meniru tanda tangan orang lain. Keahlian ini dibutuhkan untuk meniru tanda tangan Eteng Ahmad Salam, bos Elnusa saat itu. "Dia yang memalsukan semua tanda tangan," kata Aris.
Kini keenam orang itu menghuni ruang tahanan Reserse Polda Metro Jaya. Mereka dituduh menggelapkan uang di rekening Elnusa sebesar Rp 111 miliar. Kalau mau, uang cadangan di rekening resmi Elnusa di Bank Mega habis mereka sedot (lihat infografis). Tapi para tersangka sempat mentransfer kembali Rp 50 miliar ke rekening Elnusa. Mereka merasa aksinya sudah ketahuan. Sekitar 80 persen uang sedotan, menurut polisi, ditransfer ke rekening PT Harvest dan Discovery. "Sisanya mereka bagi-bagi," kata Baharudin.
l l l
Awalnya, polisi mengendus ada yang tak beres dalam transaksi PT Elnusa Tbk sebulan lalu. Baharudin menyebutkan, sejak tahun lalu, ada delapan kasus perbankan bernilai ratusan miliar rupiah yang terungkap. Sumber Tempo menyatakan pengungkapan kasus Elnusa ini bermula dari data yang disetor Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ke polisi.
Penyidik kemudian mendatangi Elnusa, meminta konfirmasi perihal penggunaan dana cadangan itu. Pemimpin perusahaan yang awalnya bernama PT Elektronik Nusantara itu malah kaget. Mereka mengaku tak pernah mengotak-atik uang tersebut. Elnusa kemudian memeriksa rekening uang itu, ternyata sudah kosong. "Kami tidak pernah mencairkan deposito itu," kata Direktur Utama PT Elnusa saat ini, Suharyanto.
Penyidik bergerak cepat. Mereka menginterogasi Itman, si kepala cabang, Selasa dua pekan lalu. Pada hari yang sama, penyidik kemudian menjemput Richard, Ivan, Santun, Gunawan, dan Zulham. Keenam orang ini digiring ke Polda. Satu malam mereka diperiksa maraton oleh penyidik. Keesokan harinya, mereka langsung ditahan di ruang tahanan Polda Metro Jaya.
l l l
Perkara ini berbuntut panjang. Elnusa kesal karena bank membiarkan kasus penggelapan ini terjadi. Mereka menganggap pencairan dana deposito itu ilegal. Mereka menggugat sistem dan prosedur Bank Mega karena telah meloloskan surat bank dengan tanda tangan palsu Direktur Utama Elnusa. "Kami ingin uang kami kembali," kata Suharyanto. Bank Mega berkelit. Mereka tidak akan mengganti uang perusahaan berlogo kuda laut itu. "Semua pencairan deposito sudah berjalan dengan normal," kata Direktur Operasional Bank Mega J. Georgino Godong.
Pengacara Itman, Dwi Heri Sulistiawan, mengatakan kliennya tidak membantu tersangka lain mencairkan deposito itu. Perkara tanda tangan palsu, itu di luar kuasa Itman. Kliennya hanya seorang kepala cabang, meski ia mengenal dan pernah bertemu dengan semua tersangka lain. "Tak mungkin dia bertanya, tanda tangan Bapak palsu atau tidak," kata Dwi.
PT Harvest juga ogah bertanggung jawab. "Kami tidak terlibat," kata Direktur Utama PT Harvestindo Asset Management Fresty Hendayani. Ia tidak mau menceritakan detail aliran itu. Sebab, katanya, peristiwa itu terjadi sebelum ia menjabat direktur. Ia juga tidak mau menyebutkan peran Ivan di perusahaan itu karena merasa bukan wewenangnya.
Polisi maju terus dengan memeriksa saksi-saksi lain dari Bank Mega. "Kalau perkara membantah, itu hak semua orang," kata Baharudin. Polisi justru heran mengapa Bank Mega mudah dibobol. Para pelaku hanya bermodal surat dan tanda tangan palsu, cara lama yang kini muncul lagi. "Modus mereka ini sederhana sekali," kata Baharudin.
Mustafa Silalahi, Cornila Desyana, Gustidha Budiartie, Febriana Firdaus

Duit Asli, Rekening Palsu
Para tersangka diduga bahu-membahu menggelapkan duit cadangan PT Elnusa Tbk. Duit itu melenggang dari rekening resmi ke rekening asli tapi palsu (aspal) atas nama PT Elnusa di Bank Mega Cabang Bekasi. Komplotan ini menanam semua duit itu di deposito jangka pendek atau deposit on call. Bunganya dikembalikan ke rekening asli agar tak mudah ketahuan. Total duit yang disedot Rp 161 miliar. Setelah kasus ini terungkap, Bank Mega melansir ada lima transfer yang mengalir ke rekening aspal itu.
Tahap I - 7 September 2009
Rp 50.000.000.000
Milik PT Elnusa Tbk di bank "X" didepositokan ke rekening asli tapi palsu PT Elnusa di Bank Mega Cabang Bekasi Jababeka
Deposito cair:
Rp 50.059.178.082
Ditransfer ke giro aspal PT Elnusa di Bank Mega
lalu ditransfer ke rekening giro PT Discovery Indonesia di Bank Mega dan disebar/didepositokan ke:
    1. Rp 35 miliar ke rekening PT Harvestindo Asset Management
    2. Rp 5 miliar ke rekening giro PT Discovery
    3. Rp 5 miliar ke deposito PT Discovery
    4. Rp 5 miliar mengendap di rekening giro PT Discovery
Tahap II - 29 September 2009
Rp 50.000.000.000
Dari bilyet giro Bank Mega Cabang Menara Batavia milik PT Elnusa ditransfer ke rekening aspal deposito jangka pendek PT Elnusa di Bank Mega
Deposito cair:
Rp 50.046.027.398
Ditransfer ke rekening giro PT Discovery di Bank Mega dan disebar/didepositokan ke
    1. Rp 35 miliar ditransfer ke rekening giro PT Harvest
    2. Rp 5 miliar ditransfer ke rekening giro PT Discovery
    3. Rp 5 miliar didepositokan atas nama PT Discovery
    4. Rp 5 miliar di rekening giro PT Discovery
Tahap III - 19 November 2009
Rp 40.000.000.000
Milik PT Elnusa di bank "X" ditransfer ke rekening deposito aspal PT Elnusa di Bank Mega
Deposito cair:
Rp 40.028.493.150
Ditransfer ke rekening giro aspal PT Elnusa di Bank Mega lalu ditransfer ke rekening giro PT Harvest
Tahap IV - 14 April 2010
Rp 11.000.000.000
Duit PT Elnusa ditransfer ke rekening deposito aspal PT Elnusa di Bank Mega
Deposito cair:
Rp 11.001.326.027
Ditransfer ke rekening giro aspal PT Elnusa di Bank Mega lalu ditransfer ke rekening giro aspal PT Elnusa di Bank Mega dan disebar ke:
    1. Rp 10 miliar ke rekening giro PT Discovery di bank "X"
    2. Sisanya ke rekening giro PT Discovery di Bank Mega
Tahap V - 16 Juli 2010
Rp 10.000.000.000
Duit PT Elnusa ditransfer ke rekening deposito aspal PT Elnusa di Bank Mega
Deposito cair:
Rp 10.003.780.822
Ditransfer ke rekening giro aspal PT Elnusa di Bank Mega lalu ditransfer ke rekening giro PT Discovery di Bank Mega kemudian ditransfer ke rekening PT Discovery di bank "Y".

Sumber = http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/05/02/KRI/mbm.20110502.KRI136587.id.html

Read More..
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
such an amazing experience, if only by reading an article on the internet can change the way you live, inspire or at least help provide the information desired. for that reason The Inspiring Blog created

Followers


Recent Comments